Thursday, August 12, 2010

A Memory part 1

A MEMORY
A memory in my last life
By : Endah Nofiyanti

Prolog
Gadis itu duduk di kursi teras rumah sambil meratapi nasibnya. Dia menghuni rumahnya sendiri. Dia baru saja dikirim ibunya ke Indonesia. Sebut saja Alexandra Christine. Nama akrabnya Alexa. Rambut coklatnya terurai panjang sebahu. Dia sering dikenal kurang memperdulikan semua yang ada disekitarnya.
Dia adalah siswa SMP tahun ketiga yang dapat menguasai 7 bahasa. Dia telah mendapat berbagai macam penghargaan atas penguasaan bahasanya. Walaupun tak banyak yang mengetahuinya. Namun keadaan keluarganya tak sebanding dengan penghargaan yang diterimanya. Dia dilahirkan di keluaga yang ditinggal pergi seorang ayahnya. Ayahnya pergi ke luar kota sejak dia berusia 1 bulan. Dan sejak saat itu, dia tinggal bersama ibu dan kakaknya di Australia. Oleh karena ayahnya pergi dan sampai sekarang belum kembali, ibuya sering tak memperdulikan alexa. Ibunya hanya sering memanjakan anak pertamanya. Karena dia birpikir bahwa Alexalah penyebab suaminya pergi. Anak pertamanya sendiri bernama Anastasya Marsha Astani. Panggilannya Tasya. Sekarang dia adalah siswa tahun pertama di sebuah SMA di Australia. Alexa dan Tasya tak pernah akur. Karena suatu pertengkaran kembali terjadi diantara Alexa dan Tasya, ibunya memulangkan Alexa ke Indonesia. Namun disinilah kisah hidupnya yang benar-benar dimulai.


Bab 1

Hari ini adalah hari pertama Alexa masuk sekolah barunya. Sekolah itu bernama SMPN 111 Bina Nusa. Dia tak mengenal satupun orang di sekolah itu. Namun itulah sekolah yang mau tak mau harus ditempatinya. Tak lama kemudian lewatlah seorang siswa laki-laki yang memakai kacamata. Dia melirik Alexa dengan tatapan yang tajam. Alexa segera mengabaikannya. Dia segera mancari kelas yang menjadi tempat belajarnya. Lalu seorang siswa menepuk bahunya, “hei, kamu anak baru?” tanya siswa itu.
Alexa menengok ke belakang.
“Kenalin aku Tesa” lanjut siswa itu sambil menyondorkan tangannya.
“Alexa” jawab Alexa sambil membalas uluran tangannya.
“Kamu anak dari Australia itu?” tanyanya lagi.
Alexa mengangguk.
“Bahasa apa aja yang bisa kamu kuasai?” lanjutnya.
“Indonesia, Jawa, Inggris, Jerman, Mandarin, Spanyol, dan Perancis.” Jelas Alexa.
“Kok kamu bisa bahasa Jawa? Atau kamu asli orang jawa?” tanya Tesa penasaran. Alexa hanya mengangguk.
“Kok dari tadi jawabnya cuma mengangguk? Terus kalo jawab kok singkat banget? Jawab yang panjang dong!” kata Tesa dengan sedikit kesal.
Alexa hanya tersenyum.
“Ya udahlah terserah kamu! O ya kamu nanti di kelas apa?” tanya Tesa lagi.
“Sembilan D” jawab Alexa singkat.
“Kebetulan tu! Aku juga dikelas itu. Ayo kesana!” ajak Tesa. Lalu mereka menuju kalas 9 D.
Tak lama kemudian bel tanda masuk berdering. Setelah guru dan semua siswa masuk kelas, Alexa segera memperkenalkan dirinya. Lalu dia duduk di samping Tesa. Saat itu juga Alexa menyadari bahwa siswa berkacamata yang dia temui pagi tadi, berada di kelas itu. Karena penasaran siapa siswa itu, Alexa segera menanyakannya pada Tesa.
“Tesa, dia siapa?” tanya Alexa sambil berbisik dan menunjuk ke arah siswa berkacamata itu.
“Ahkirnya kau mau juga bicara!” kata Tesa bernafas lega. “Peter yang yang kau maksud?” lanjutnya.
Alexa hanya mengangguk tanpa mengerti.
“Peter itu anak playboy. Dia udah punya mantan 11 khusus untuk siswa di kelas 9 ini. Dia juga pernah punya kekasih 5 di kelas 8 dan 3 di kelas 7.” jelas Tesa.
“Emangnya apa kerennya dia?” tanya Alexa.
Tesa hanya tersenyum. Lalu Tesa menunjuk siswa lain, “O ya kalau yang itu namanya Dimas. Dia kakaknya Peter. Dia nggak lulus ujian tahun lalu. Dia juga nggak lulus ujian ulangan. Dan dia juga nggak lulus ujian kejar paket C. jadi dia ikut lagi di kelas 9 ini. Tapi tetep aja pintar adiknya.”
Lalu Tesa menunjuk ke arah siswa yang lain, “Kalo yang itu namanya Harris. Dia paling ditakuti di kelas ini. Soalnya dia anak yang suka meminta uang anak-anak kelas ini. Dia juga musuh bebuyutannya Peter. Tapi dia itu stupid. Lebih parah dari pada Dimas. Dia selalu dapat nilai terndah di kelas ini. Dia juga sangat sangat tidak memahami bahasa Inggris. Ya pokoknya dia bahasa Inggrisnya lebih parah dibanding aku.”
Tesa juga menunjuk ke arah seorang siswa perempuan di kelas itu, “Kalo yang itu namanya Shinta. Dia siswa paling cantik di kelas ini. Dia playgirl. Dia adalah kekasihnya Peter. Tapi jangan salah! Shinta dan Peter itu anak terpintar di kelas ini. Peter selalu dapat rangking satu di kelas ini, dan Shinta mendapat peringkat kedua. Pokoknya mereka itu serasi banget deh! Oya, Shinta dan Peter itu punya geng. Namanya “Histopiter”. Geng itu paling terkenal di kelas ini. Anggotanya ada 6 orang.peter, Shinta, Lala, Shofi, Adit, dan Dimas. Aku dulu pengen banget masuk geng itu. Itu gengpaling peduli ama lingkungan. Bahkan sebelum Dimas keluar dari geng itu, mereka sempat mendapat penghargaan dari Ibu Kepsek karena mereka adalah seksi kebersihan yang paling top. Mereka juga pernah merancang mesin yang dapat membakar sampah tanpa menimbulkan polusi. Pemikiran itu terrancang dari Peter. Tapi gara-gara Dimas keluar dari geng itu, ya udah deh. Rancangan itu sampai sekarang belum jadi.” jelas Tesa.
Setelah lama berbincang, mereka pun mengikuti pelajaran di kelas itu. Konon banyak orang mengatakan bahwa menjadi seorang siswa di kelas itu adalah impian mereka. Dulu sekolah itu hampir selalu mendapar peringkat pertama di provinsi daerah itu. Namun peringkatnya turun ke posisi lima, setelah ada salah satu siswanya yang tidak lulus ujian. Yaitu Dimas. Sehingga masyarakat tak lagi menaruh harapan terhadap SMPN 111 Bina Nusa sebagai sekolah terbaik di dearah itu. Mereka lebih suka menyekolahkan anak mereka ke sekolah yang lain. Apalagi di bulan Januari ini, sudah ada 4 siswa kelas 9 yang dipindahkan oleh orang tuanya ke sekolah lain.
***
Bel pulangpun berdering. Alexa menunggu bis di depan gerbang sekolah. Tiba-tiba datanglah Harris bersama Sony dan Dani. Dia kemudian meminta uang pada 2 siswa yang ada di samping Alexa. Kini tibalah giliran Alexa. “Mana uang loe?” tanya Harris pada Alexa.
Alexa hanya terdiam.
“Loe harus bayar! Siapapun yang berdiri di depan gerbang ini, harus nyerahin uang ke gue. Minimal 10 ribu. Mana uang loe!” kata Harris.
Saat itu juga Alexa duduk di kursi yang ada di tempat itu. Harris heran, “Malah duduk lagi!”
“Kamu bilang yang berdiri aja yang bayar ke kamu. Jadi kalau aku duduk nggak bayar kan?” kata Alexa dengan sedikit meledek. Lalu datanglah Peter bersama Shofi. Peter berbisik pada Alexa, “Loe nyucapin satu kalimat aja dalam bahasa Inggris.” Alexa mengangguk.
“Ngomong apa loe?” tanya Harris pada Peter.
“Who are you?” tanya Alexa pada Harris.
Harris pun kebingungan. Dia membisikkan sesuatu ke telinga Sony, “Kamusnya mana?”
Karena Sony tak bisa berbicara dengan volume kecil, akhirnya dia berkata dengan volume yang keras, “Kamusnya kan udah bos buang kemarin!”
“Kamus?” tanya Alexa heran.
“Loe kalo ngomong jangan keras-keras dong!” bisik Harris pada Sony.
“Gue kan nggak bisa bicara dengan volume kecil, Bos! Lagian kenapa kemarin waktu di depan Shinta, Bos buang tu kamus di tempat sampah!” kata Sony.
Karena terlanjur malu, Harris pun melangkah pergi dari tempat itu, “Awas ya loe!” tantang Harris pada Peter.
***
Keesokan harinya, Alexa datang ke sekolah pagi-pagi sekali. Dai menyusuri sekolahnya yang masih sepi. Lalu dia memasuki ruang kelasnya. Dia terkejut karena ada suara yang memanggilnya, “Alexa!”
Alexa segera menengok ke arah kelas, namun tak ada seorangpun di dalamnya. Lalu sesosok tangan menepuk bahunya. Alexa terkejut. Lalu dia menengok ke arah belakang.
“Ngapain kamu datang pagi-pagi?” tanya Shinta.
“Ah kamu Shinta! Kirain siapa!”
“Ya maaf! Oya kamu bisa bahasa inggris kan?”
Alexa mengangguk.
Lalu Shinta mengeluarkan sebuah buku tulis dari tasnya. Dia menyerahkan buku itu pada Alexa.
Alexa membuka halaman depan buku tulis itu.
“Apa ini? Novel? My hope? Kamu buat sendiri?” tanya Alexa beruntun.
Shinta mengangguk. Katanya, “Ini novel yang judulnya “My Hope”. Berceritakan tentang seorang gadis yang bernama Dinda. Dia gadis yang dilahirkan di dunia ini dengan tubuh yang kurang sempurna. Dia memakai kursi roda. Namun dia adalah gadis yang jenius. Banyak tetangganya yang mengejeknya, namun dia tetap tegar menghadapinya. Dia juga mempunyai seorang kekasih yang sangat setia kepadanya. Dia selalu mendukung apa yang diinginkan Dinda. Sebut aja Jason. Dia adalah anak dari keluarga broken home. Mereka berdua sangat peduli ama yang namanya lingkungan. Mereka mengumpulkan sampah-sampah plastik yang ada di sekitarnya. Lalu mereka menyubahnya menjadi barang-barang yang dapat digunakan lagi. Ya sejenis daur ulang lah. Lalu mereka menjualnya kembali. Ya walaupun tak banyak orang yang membelinya. Mereka juga punya banyak keinginan. Keinginan pertama mereka adalah mereka ingin negara mereka seperti yang dulu. Negara yang damai tak ada demo dan tak ada kerusuhan yang sekarang ini merajalela. Mereka ingin rakyat di negara mereka bersatu kembali. Mereka juga ingin menyadarkan pemerintah di daerahnya agar tak lagi mengambil uang rakyat alias korupsi. Juga keadilan untuk orang miskin. Mereka menulis semua keingingannya itu pada sebuah buku. Lalu mereka memberikan buku itu pada pemerintahnya. Namun nasib berkata lain. Buku itu tak mendapat tanggapan baik dari pemerintah. Mereka malah dicekal dan dijebloskan ke penjara karena mehina pemerintahan. Mereka mendapat hukuman penjara yang cukup lama. Tapi mereka tak pernah putus asa.
Setelah mereka terlepas dari penjara, mereka berniat memenuhi keinginan mereka yang kedua. Mereka ingin rakyat mereka sadar bahwa semua hidup tak sepenuhnya berasal dari uang. Keinginan itu muncul pada saat diadakan pemilu di daerahnya. Mereka tahu bahwa pemilu di tempatnya terdapat kecurangan. Lalu mereka mendatangi tempat pemilihan umum dan Dinda berkata, “Heh kalo kalian butuh uang, aku juga bisa memberikan pada kalian! Bisakah kalian nggak menerima uang dari mereka.” katanya pada para pemilih suara. “Kalian juga para wakil partai jangan curang! Kalian pikir dengan begitu kalian akan menang?” lanjutnya. Namun tak ada yang mau mendengarkannya. Mereka malah menyeret keluar Dinda dan Jason. Lalu keinginan mereka yang terahkir adalah mereka ingin pergi ke Gaza menjadi relawan. Tapi orang di sekitarnya malah mengejeknya, “Hei kau bisa apa? Kau hanya merepotkan saja! Mending-mending Jason!” kata seseorang dari mereka. Lau Jason memukul orang itu dan membawa Dinda menuju Gaza. Mereka banyak membantu di sana. Mereka juga mendirikan rumah sakit dari uang yang mereka kumpulkan saat menjual barang-barang daur ulang. Pokoknya sip banget deh! Setiap mereka ditanya dari negera mana, mereka selalu menjawab dari negara yang baik. Mereka juga sempat masuk dalam suatu media. Rakyat di negaranya akhirnya mengetahuinya. Mereka sadar bahwa orang yang tak mempunyai tubuh yang sempurna saja bisa melakukan yang terbaik untuk semua. Akhirnya mereka hidup dalam cinta damai, bersatu, dan tak hanya bergantung pada uang saja. Dan pada saat Dinda dan Jason pulang dari Gaza, rayat di negaranya mengangkat meraka menjadi Presiden dan Wakil Presiden. Walaupun mereka bukan pejabat, tapi mereka tahu arti hidup yang sebenarnya. Gitu ceritanya!” jelas Shinta.
“Keren! Aku jadi pengen kayak Dinda!” kata Alexa.
“Jadi kamu mau kan menerjemahkannya? Please!” mohon Shinta.
“Mau. Tapi buat apa sih?” tanya Alexa.
“Ya gitu deh! Oya terjemahkan ka bahasa jawa juga ya!” tanya Shinta lagi.
Alexa mengangguk.
***
Jam istirahat, Alexa dan Tesa mendatangi kantin. Ketika mereka hendak memulai perbicangan mereka, datanglah Shinta menghalang pembicaraan mereka.
“Hai? Aku ganggu nggak?” tanya Shinta.
“Ganggu! Ngapain kau ke sini?” tanya Tesa.
“Tesa! Nggak kok, nggak ganggu! Duduk sini aja!” ajak Alexa. Lalu Shinta duduk di samping Alexa.
“Oya Shofi ama Lala kemana?” tanya Alexa.
“Lala ada tu di sana.” kata Shinta sambil menunjuk ke arah keberadaan Lala.
“Terus Shofi?” tanya Alexa basa-basi.
“Nggak tau. Aku juga bingung ama dia. Katanya ngaku teman tapi kalo pas dibutuhin nggak pernah ada tu!” jawab Shinta dengan kesalnya.
“Bilang aja kau cemburu! Shofi bisa ngrebut Peter dari kamu kan? Siapa suruh juga jadi orang matre!” kata Tesa menjelaskan.
“Tesa apa-apaan sih?” tanya Alexa.
“Al, please deh! Mulai sekarang kau harus jauhi dia!” kata Tesa.
“Tes!” kata Alexa sambil menatap tajam mata Tesa.
Karena kesal, ahkirnya Shinta melangkah pergi dari tempat itu. “Tesa! Jangan kayak anak kecil deh! Shin, aku duluan ya!” kata Alexa sambil mengejar Tesa. Shinta hanya tersenyum setan di tempat itu.
Alexa mengejar Tesa sampai pada pintu menuju kelasnya. Ia tak melihat apa yang ada di depannya. Akhirnya dia menabrak Peter. “Brak…!” saat ituPeter sedang membawa banyak buku untuk dibawa ke ruang guru. Dan buku-buku itu jatuh merserakkan di depan ruang itu.
“Maaf!”kata Alexa singkat.
“Loe dah jatuhin buku cuma bilang maaf?” kata Peter dengan wajah merah padam. Alexa menjadi sangat takut. Tapi kemudian dia melontarkan kata-kata yang menyakitkan perasaan siapapun yang mendengarnya. “Heh playboy! Kau yang harusnya minta maaf ama aku! Lagipula aku cuma ingin ngejar Tesa yang tersakiti dengan sikap pacar kamu, Shinta! Oya aku juga mau bilang ama kamu, jangan kau sakiti kaum hawa! Jangan permainkan mereka! Jangan main putus! Kamu pikir kamu ganteng? Nggak! Jadi mulai sekarang sayangilah kekasihmu! Cintailah mereka dengan setulus hati! Dengan cinta yang sangat mahal dari dalam dirimu!”
Lalu Peter melepas kacamatanya. Dia terlihat lebih tampan dari sebelumnya. “Loe bicara apa sih? Shinta juga dah bukan pacar gue lagi. Satu lagi, mereka aja yang bodoh! Ngapain juga mereka ngejar-ngejar gue! Lagian gue juga ditembak kok! Gue belum nembak salah satu dari mereka! Mereka gue putusin juga karena mereka ngehabisin uang bulanan gue! Sekarang bantuin gue! Angkat buku ini ke ruang guru!” jelas Peter dengan panjang, nggak singkat, dan nggak jelas.
Alexa yang mendengar perkataan itu hanya bisa tersenyum samar karena malu dan berkata, “Peace!”
Lalu bel pun berdering. Alexa dan Peter segera mengambil buku-buku itu dan menaruhnya di ruang guru. Setelah itu mereka menuju ke ruang kelas. Ternyata guru yang mengisi pelajaran hari ini sudah memulai pengajarannya.
“Dari mana saja kalian?” tanya seorang guru yang sedang mengisi pelajaran.
“Em, kami dari ruang guru.” jawab Alexa.
“Seperti yang kita ketahui, siapapun yang terlambat masuk kelas pada jam pelajaran saya, harus mendapatkan hukuman. Sekarang hukuman untuk kalian adalah mengerjakan dua soal yang sudah tertulis di papan tulis!” peritah guru terbebut.
“Baik, Bu!” jawab Alexa dan Peter serempak.
Lalu mereka mengerjakan masing-masing satu pertanyaan yang ada di papan tulis. Ditulisnya jawaban mereka di papan tulis, lalu mereka duduk di tempat duduk mereka masing-masing. Siswa-siswi dan guru yang sedang mengajar tertegun dengan hasil pekerjaan mereka.
“Keren banget! Gue aja yang dari tadi dengerin penjelasan guru, belum ngerti ampe sekarang. Eh mereka yang baru aja masuk, bisa ngerjain soal itu. Gila, gila bener!” kata siswa yang bernama Adnan dengan berbisik.
“Iya!” kata Lala.
Lalu mereka meneruskan pelajaran pada hari itu.
***
Malam harinya Alexa sibuk dengan pekerjaan barunya. Dia menerjemahkan buku yang diberi oleh Shinta pagi tadi. Diambilnya dua buah buku tulisnya yang masih belum terkotori. Satu buku untuk terjemahan bahasa jawa, dan yang lain untuk bahasa Inggris.
Pukul 23.30 dia selesai menerjemahkannya. Dia hendak menutup halaman akhir dari buku itu, namun dia menundanya. Dia melihat tulisan yang berbunyi, “Cory” dibawahnya tertulis nomor teleponnya. Namun dia mengabaikannya. Karena matanya tak kuat lagi menahan kantuknya. Lalu dia memejamkan matanya di atas tempat tidur kesayangannya.
***
Keesokkan harinya, Alexa berangkat dalam waktu yang seperti hari sebelumnya.
Alexa segera memasuki kelasnya. Dia segera menempati tempat duduknya.
Saat itu telah datang pula Peter yang sedang menduduki tempat duduknya. Lalu Peter berlari keluar kelas. Datanglah Shinta menghampiri tempat dimana Peter menempatinya. Dia mengambil segulung kertas manila di di bangku Peter. Kemudian di pergi keluar kelas. Datangkang lagi Peter dari luar kelas. Lalu dia menempati tempati tempat duduknya. Sekarang dia bingung mencari sesuatu.
“Heh loe, loe tau nggak kertas yang tadi di sini?” tanya Peter pada Alexa.
“Gulungan kertas manila?” tanya Alexa.
“Iya. Loe tau nggak?” tanya Peter.
“Tadi kalo nggak salah, diambil ama Shinta” jawab Alexa.
“Kenapa loe biarin?” tanya Peter.
“Lha ku kira tadi disuruh ama kamu”jawabnya lagi.
Peter menggelengkan kepalanya.
“Tu anak emang dah nggak tau diri! Kemana Shinta pergi?” tanya Peter.
“Aku nggak tau. Tapi tadi Shinta keluar!” jelas Alexa sambil menunjuk ke arah pintu.
Peter segera melangkahkan kaki pergi dari kelas itu. Karena penasaran, Alexa pun mengikuti Peter. Lalu mereka berdua berlari menuju taman. Disana mereka menemui Shinta yang sedang duduk sambil melontarkan tertawa setannya.
“Heh, balikin kertas itu!” kata Peter.
Shinta segera menengok ke arah belakangnya.
“Apapun yang udah ditangan gue, adalah milik gue!” kata Shinta.
“Sebenernya gue pengen banget nonjok loe! Tapi karena loe cewek, gue akan minta tu kertas dengan baik-baik” kata Peter.
“Suruh aja cewek yang ada di belakang loe itu ngadapi gue!’ kata Shinta.
“Hah, aku?’ kata Alexa.
“Loe mau bantuin gue kan?” tanya Peter.
Alexa yang sebelumnya ragu-ragu, akhirnya menganggukkan kepalanya. Lalu dia mendekati Shinta.
“Sebelunya aku minta maaf!” kata Alexa pada Shinta. Lalu dia menendang kakinya dan mengenai anggota tubuh dari Shinta. Shintapun terkapar di tanah. Kertas yang dipegangnya, terlepas. Alexa segera mengambil kertas itu dan menyerahkan pada Peter. Lalu mereka berjalan menuju kelas.
“Loe belajar kungfu dimana?” tanya Peter.
Alexa menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.
***
Harris termenung di depan gerbang sekolah. Alexa yang melihatnya langsung mendekatinya.
“Hei, kamu kenapa?” tanya Alexa penasaran.
“Bukan urusan loe lagi!” kata Harris.
“Ye, ditanyain marah! Ya udah! Padahal aku kan cuma mau bantuin aja!” katanya.
“Bantuin? Mangnya loe bisa bantuin apa?” tanya Harris yang mulai merespon.
“Apapun aku bisa! Mau bantuan nggak?” kata Alexa.
“Kalo gue nyuruh loe buat deketin gue ama Shinta, loe mau?” tanya Harris.
“Apa?” tanya Alexa sambil menahan tertawanya.
“Katanya mau bantuin!” kata Harris.
“Iya..iya.. gini aja Valentine besok, kamu bawain coklat kesukaannya, terus kamu kumpuin temen-temen sekelas, terus kamu nembak dia deh!” kata Alexa.
“Serius loe?” tanya Harris. Alexa mengangguk.

To be continue...

No comments :

Post a Comment